Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun al-Khadrami adalah tokoh sosiolog, ekonom, sejarawan dan politikus ulung yang dikenal dengan karya populernya Mukaddimah; sebuah karya mega-fenomenal dari cendekiawan muslim abad pertengahan. Khaldun lahir di Tunisia pada tahun 1332 M dan wafat di Mesir pada tahun 1406 M. Kecanggihan tokoh ini tidak hanya menjadi rujukan di kalangan umat Islam akan tetapi di luar Islam pun banyak merujuk pendapatnya sebutnya saja Adam Smith, ekonom libertarian sekaligus penulis buku The Wealth of Nations. Dapat dimaklumi, karena Ibnu Khaldun 400 tahun hidup lebih awal ketimbang Adam Smith. 

Kisah hidup Ibnu Khaldun banyak dituangkan dalam kitab Al-Ibar wa Diwanul Mubtada' wa al-Khabar bahkan Khaldun sendiri menginformasikan asal mula menulis buku Mukaddimah. "Aku bermukim di benteng Ibnu Salamah selama empat tahun dalam kondisi tak terlalu sibuk. Di sinilah aku menulis buku Mukaddimah ini. Dari situlah lahir kata-kata indah dan makna-makna yang terdapat dalam pikiran hingga berkumpullah hasil dan manfaatnya". Ada beberapa intisari pemikiran Khaldun yaitu;

Pertama, Khaldun berbicara tentang kekuasaan dan tanggungjawab. Dalam bukunya, Khaldun sangat menitik beratkan pada aspek etika politik, dimana kekuasaan digunakan untuk kemaslahatan publik, membantu yang lemah, merangkul semua pihak, menjunjung tinggi hukum (law enforcement), mendengar aspirasi dan menolong kelompok lemah serta rentan. Pendapat Khaldun jelas berbeda dengan tokoh politikus liberal, Nicollo Machiavelli (1528 M) di dalam bukunya The Prince yang lebih mengedepankan semangat kebebasan dalam berkuasa tanpa peduli tindakan politik yang bermuatan trick asalkan tujuan tercapai.

Kedua, konsep negara. Khaldun mengingatkan kita bahwa negara adalah makhluk hidup yang lahir, tumbuh dan binasa. Khaldun berpendapat bahwa umur suatu negara adalah 3 generasi sekitar 120 tahun. Generasi pertama, hidup dalam keadaan primitif yang keras dan jauh dari kemewahan, masih tinggal di pedesaan / padang pasir. Generasi kedua berhasil meraih kekuasaan dan mendirikan negara, dari keadaan primitif menuju keadaan mewah, serba lux. Generasi ketiga, negara mengalami kehancuran sebab generasi ini tenggelam dalam kemewahan, penakut dan kehilangan makna kehormatan, keperwiraan dan keberanian.

Ketiga, pendidikan dan pedagoginya. Bagi Khaldun, pendidikan adalah suatu proses belajar dan mengajar yang tidak pernah berhenti untuk selalu mengamati, menganalisis dan merenungkan setiap fenomena zaman. Kegiatan belajar tidak hanya dibatasi pada ruang dan waktu akan tetapi melampaui itu semua. Menurut Khaldun, Islam sangat menekankan keseimbangan ilmu pengetahuan (equilibrium of knowledge) antara materi duniawi dan ukhrawi.

Keempat, Sosial. Khaldun menerangkan tentang gejala sosial masyarakat primitif dan masyarakat modern. Baginya, kohesi sosial akan semakin tumbuh dan ideal apabila nilai-nilai spiritual semakin kuat. Artinya lunturnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sosial akan berpengaruh langsung terhadap nilai dan moralitas sosial sekaligus menghambat pembangunan seperti menjamurnya praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dll.

Kelima, Khaldun juga berbicara tentang ekonomi. Bagi khaldun, jalan keadilan ekonomi harus ditentukan oleh penguasa. Artinya penguasa harus turut aktif dan ikut campur tangan dalam menentukan harga pasar sehingga akan mencegah praktik monopoli pasar atau manipulatif harga. Pendapat ini berbeda 180 derajat dengan pendapat Adam Smith. Menurut Smith, penguasa justru hanya bersikap pasif, tidak boleh mencampuri pasar dan sepenuhnya diserahkan kepada pasar untuk menentukan harganya.

Tokoh sekaliber Ibnu Khaldun dirindukan dalam  kehidupan multi kompleks saat ini. Tokoh multitalenta yang tidak hanya cakap dari segi keilmuan tetapi juga piawai menguasai pos-pos kekuasaan sehingga mereka mengetahui kemana nasib bangsa akan dibawa.


 

  

Posting Komentar untuk "Ibnu Khaldun"