Halal Saja Ditolak, Apalagi Haram
Seorang yang hati-hati dalam memakan barang-barang tidak jelas status dan kebolehannya akan membentuk karakter pribadi yang kokoh, tangguh dan punya prinsip. Dirinya tidak rakus melihat makanan atau pemberian dari orang lain karena dirinya sudah menutup dari pemberian orang lain meskipun itu haknya. Dirinya lebih banyak mengejar kewajiban ketimbang memperoleh hak sehingga hak-hak itu dikembalikan kepada yang memberi. Hak sebagai sesuatu yang boleh diterima dan halal saja ditolak olehnya. Usaha ini membutuhkan komitmen dan niat yang kokoh.
Sikap seperti ini membentengi diri dari segala bentuk perbuatan nirmoral terutama praktik penyuapan yang melibatkan dua pihak yaitu pemberi dan penerima. Berusaha untuk menolak suatu yang halal akan melahirkan sikap kehati-hatian dalam hidup (ikhtiyat). Sikap ini dapat menyaring semua asupan yang masuk ke dalam tubuh manusia. Barang-barang yang haram tidak hanya merusak organ tubuh tetapi juga harga diri bahkan organisasi / institusi karena dapat menyuburkan budaya korup.
Gerakan menolak yang halal apalagi yang haram merupakan perbuatan yang mudah diucapkan namun sangat sulit diimplementasikan. Sikap menjaga ini termasuk salah satu ciri dari orang-orang yang bertakwa sebab sikapnya yang penuh kehati-hatian hakikatnya telah melindungi diri sendiri, keluarga, dan lembaga. Uang risywah yang haram untuk diterima sudah otomatis ditolaknya karena dirinya tidak lagi bersedia untuk memasukan asupan haram ke dalam tubuhnya. Dirinya sudah selesai, merasa cukup atas karunia yang dimiliki tanpa harus menjadi pengemis yang dapat menjatuhkan martabat diri.
Penolakan terhadap barang halal pun menandakan diri bahwa yang bersangkutan menjaga integritas diri dari hal-hal yang akan membawa dirinya jatuh kepada kenestapaan. Dirinya sayang terhadap dirinya sendiri sehingga tidak rela jika harus kemasukan barang-barang yang dilarang. Perbuatan suap yang merupakan indikator degradasi moral adalah uang panas yang dapat merusak organ tubuh bagi dirinya dan keturunannya.
Lain halnya dengan orang yang rakus dan kemaruk. Dirinya tidak mampu membedakan lagi barang yang halal dan haram sehingga semua pemberian yang menghasilkan kenyamanan dan kepuasan akan direbutnya meskipun dengan cara-cara yang tidak terpuji. Dirinya merasa puas ketika mampu menumpuk materi yang akan dikonsumsi untuk dirinya sendiri maupun dipersiapkan untuk keturunannya karena memang manusia adalah makhluk yang gemar menimbun harta kekayaan.
Perbuatan menolak segala sesuatu yang haram dapat membentuk karakter pribadi yang tangguh dan integritas yang kokoh sehingga dirinya akan selamat dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Penolakan sesuatu yang halal dengan mengabaikan segala bentuk hak yang seharusnya diperoleh akan menjadi kebiasaan positif. Hak-hak yang sifatnya halal dan boleh diterima justru berusaha ditolaknya dalam rangka menjaga diri dari sikap rakus terhadap urusan duniawi yang penuh tipu daya.
Posting Komentar untuk "Halal Saja Ditolak, Apalagi Haram"