Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manager or Leader?

Dinamika kehidupan yang semakin kompleks menuntut adanya percepatan solusi dalam menyelesaikan kompleksitas tersebut. Solusi yang jitu, cepat dan tepat segera diambil dalam rangka mengantisipasi dampak buruk akibat kompleksitas. Semakin lama memberikan solusi maka semakin besar terjadinya keadaan buruk. Hal itu tidak terlepas dari konsekuensi kehidupan yang serba tidak pasti, selalu berubah dan selalu berkembang.

Salah satu bentuk perubahan kehidupan bernegara adalah organisasi publik dimana organisasi dituntut untuk selalu melayani secara profesional, bersih dan bertanggungjawab. Organisasi publik yang tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai pelayan setia masyarakat maka eksistensi organisasi tersebut patut ditinjau kembali; dipertahankan dengan catatan atau dibubarkan.

Organisasi masa depan memiliki tugas dan fungsi yang jelas, tidak tumpang tindih dan selalu berorientasi melayani publik. Keberadaannya harus dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Organisasi besar maupun kecil dalam bentuk lembaga negara atau instansi negeri sama-sama dibiayai oleh anggaran belanja negara. Maka sepatutnya, orientasi dan pola pikir aparaturnya adalah apa yang bisa kita beri untuk negara. Setiap program dan kebijakan harus dikalkulasi dengan pertimbangan negara; apakah negara diuntungkan atau dirugikan, apakah sepadan antara anggaran belanja yang diterima dengan apa yang kita perbuat untuk negara. Itulah bisikan hati nurani yang harus diinstalisasi dalam diri aparatur negara.

Lembaga-lembaga negara di masa depan saling terkoneksi dan terkait. Setiap pelayanan akan terkait sehingga data base setiap lembaga menjadi satu kumpulan maha data yang tersimpan dalam server nasional. Orang tidak perlu lagi repot-repot datang ke setiap penjuru pintu utama instansi tetapi cukup datang di satu instansi dan semua layanan akan diterimanya. Bentuk kemudahan layanan seperti ini akan kita saksikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Lembaga-lembaga negara selain ramping jabatan dan minimalis struktur kekuasaannya, juga berubah format dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Artinya keputusan bukan lagi sepenuhnya di tangan penguasa tetapi didistribusikan kepada bagian-bagian yang ahli di bidangnya. Organisasi masa depan akan dipenuhi inovasi dan terbuka dimana setiap orang dapat loncat ke organisasi lain yang dikehendakinya. Semua jabatan akan dilelang karena parameternya adalah kemampuan memanajemen organisasi. Jika sudah terbuka maka pejabat yang terpilih secara manajemen sangat mumpuni dan visioner karena untuk menjadi pemimpin lembaga masa depan bukan keahlian teknis yang dibutuhkan tetapi ide dan gagasan untuk organisasi yang ditawarkan.

Organisasi masa depan membutuhkan seorang leader bukan manager. Leader tentu saja berbeda dengan manager. Manager selalu memberikan instruksi sedangkan leader selalu mengajak diskusi. Manager membagi organisasi menjadi dua; atasan bawahan sedangkan leader membentuk anggota organisasi menjadi mitra strategis. Manager berbicara target sedangkan leader berbicara hasil. Manager menjalani pola yang sudah mapan sebagaimana pendahulunya sedangkan leader menawarkan pola baru yang belum pernah ada. Leader-leader ciamik masa depan tidak terlepas dari konteks zaman dan generasi yang unggul dari sekarang. Ditambah lagi tantangan baru dengan para leader hasil ciptaan kecerdasan buatan (mesin cerdas) yang membuat leader bernyawa terus mencakapkan dirinya dengan wawasan dan keahlian.

Organisasi masa depan membutuhkan leader yang berani ambil risiko, punya ide brilian sekaligus mampu mengeksekusinya. Para leader ini harus memeras otak dan keringat untuk menemukan ide baru dalam menyelesaikan problem lembaga yang dipimpinnya. Mereka bukan luddinisme dan mereka juga bukan pesimis karena hidupnya penuh ambisi untuk berkreasi. Pantang menyerah sebelum ambisinya tercapai yaitu ambisi untuk kemajuan lembaga bukan kepentingan individu.

Konsep leader ini juga tidak terlalu lama karena harus berkontestasi dengan leader-leader digital dan elektronik. E-leader merupakan ancaman serius bagi para leader bernyawa yang enggan beradaptasi dengan teknologi. Mereka merasa menjadi pemenang sejati padahal mesin cerdas sedang mengintainya. Jika leader bernyawa ini tetap puas dengan ambisinya yang mengandalkan kecerdasan dan pemahaman maka leader bernyawa pasti akan tergantikan. Oleh karena itu, leader masa depan harus tetap berkreasi dengan memenuhi sikap terpuji sehingga tidak dapat diambil alih teknologi cerdas yaitu leader yang memiliki perasaan, simpati, dermawan dan altruistik. Inilah leader-leader yang tak tergantikan.

Posting Komentar untuk "Manager or Leader?"