Keabadian
Kematian adalah suatu fenomena yang tidak mengasyikkan. Kematian mengakhiri seluruh potensi, kenikmatan dan harapan hidup sehingga kematian merupakan musuh bersama kemanusiaan (enemy of humanity). Kematian adalah persoalan “teknis” yang dapat dicari solusinya. Teknologi saat ini baru mampu memperpanjang usia seseorang dengan teknologi rekayasa genetik berupa rekayasa gen telomerase yang diganti atau diperbaiki akibat termakan usia. Rekayasa genetik ini menyebabkan seseorang menjadi awet muda dan lebih lincah.
Penemuan gen telomerase tidak terlepas dari keberhasilan para Saintis menemukan kumpulan genom manusia alias buku pintarnya sendiri. Genom ini memberikan informasi penting bagi manusia apa yang harus diperbaiki jika onderdil tubuh manusia rusak dan menua. Genom manusia memberikan informasi valid tentang bagaimana seseorang tumbuh, bahagia dan sakit. Proyek memperpanjang usia manusia saja belum cukup untuk menghentikan laju korban mortalitas yang begitu menyakitkan. Ambisi dan optimis seperti seorang aktor kawakan Woody Allen yang menginginkan abadi (imortalitas) harus segera terwujud agar eksistensi manusia tetap berjalan di permukaan bumi sekaligus optimalisasi peran dan maknanya semakin tumbuh bagi peradaban umat manusia yang berkelanjutan.
Apakah kita bisa berubah dari mortalitas menuju imortalitas? Apa tujuan dasar mencapai keabadian itu sendiri? Rekayasa kehidupan seperti apa yang kita inginkan? Pertanyaan pertama tentu saja jawabannya bisa. Kematian adalah persoalan teknis bukan takdir sehingga Saintis-Biolog sedang berusaha sekuat tenaga menemukan solusi kematian. Setiap DNA manusia diurut secara ekstensif dan intensif guna menyaring yang sudah rusak dan menua. Sel inti DNA yang sudah rusak dan menua diganti dengan rekayasa sel baru yang lebih bagus. Kloning DNA dari DNA milik leluhur yang berusia panjang kita dapat lipatgandakan kemudian kita sisipi di dalam sel inti DNA tersebut. Jika rekayasa DNA tidak berhasil maka rekayasa DNA di masa depan akan lebih ekstrem dan menjanjikan yaitu DNA sintetik.
Kromosom 14 yang berisi sepasang gen tentang telomer dapat menginformasikan kepada kita tentang kekuatan tubuh biologis terkait kesehatan secara real-time. Penyakit-penyakit ganas terjadi karena sel-sel sudah rusak dan menua. Oleh karena itu, informasi genom dapat mendeteksi penyakit ganas sejak dini dan tata cara pengobatannya. Pengobatan penyakit ganas yang mematikan juga mendorong para Saintis dan ahli kedokteran untuk merekayasa obat-obat yang manjur guna mengobati penyakit ganas tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, implan organ vital juga dapat menjadi alternatif akhir dalam menyudahi kematian.
Tujuan dasar keabadian adalah memperoleh kebahagiaan tanpa batas (happy without limit). Kebahagiaan adalah naluri setiap organisme hidup tak terkecuali manusia. Perasaan bahagia dapat melahirkan proses kimiawi tubuh yang semakin sehat dan abadi. Untuk mencapai kebahagiaan, kaum jetset rela menggelontorkan uang dan pundi-pundi kekayaannya guna menginvestasikan kesehatan tubuhnya. Kebahagiaan tidak hanya untuk dirinya tetapi juga keturunan dan keluarganya. Jika keabadian sudah terwujud di masa depan, jenis kehidupan yang dapat meningkatkan sisi kemanusiaanlah yang mendominasi.
Teknologi digunakan untuk mengoptimalkan kehidupan bukan mengeliminasi manusia secara perlahan dari muka bumi. Diversifikasi profesi baru semakin banyak. Rangkap profesi merupakan sebuah keniscayaan di masa depan. Kerja secara fleksibel (flexibility work arrangement) sebuah keharusan. Hidup abadi, bahagia dan kaya raya adalah potret masa depan umat manusia. Apakah keabadian akan menyebabkan populasi planet bumi semakin membengkak? Jawabannya tidak hal itu berdasarkan informasi dari Alecc Ross yang menyatakan bahwa daya tampung planet bumi adalah 100 miliar orang namun angka pertumbuhan umat manusia 100 tahun ke depan hanya diangka 8-10 miliar orang dan angka itu akan tetap stabil. Selain itu, jika planet bumi sudah tidak mampu menampung umat manusia di hari esok akibat keabadian (imortalitas) maka dengan sendirinya umat manusia akan berbondong-bondong migrasi ke planet lain untuk memulai kehidupan baru sambil menunggu kabar gembira dari Saintis dan Teknokrat dan ahli kedokteran tentang temuan keabadian sejati dan alangkah baiknya jika kita sudah menuju keabadian elektronik lebih awal.
Migrasi ke dunia Maya tanpa meninggalkan dunia nyata menjadi opsi terbaik saat ini. Mengapa? Karena dengan migrasi elektronik kehidupan kita abadi. Ide, gagasan, pemikiran dan ingatan kita tersimpan secara apik dalam otak elektronik. Keabadian melahirkan profesi baru yang beranekaragam. Setiap orang yang abadi akan menggeluti sebuah profesi paling lama 10 tahun setelah itu pindah profesi lain. Angka pengangguran semakin kecil karena terdapat lowongan pekerjaan baru yang tersedia. Dengan bantuan teknologi, seseorang dapat merangkap profesi lain tanpa mengurangi kualitas pekerjaan dan mutu kinerja. Kerja secara fleksibel dapat diakses dari berbagai tempat yang tidak lagi harus standby di ruangan kantor. Keabadian tidak mengurangi sedikitpun hakikat manusia justru meningkatkan sisi kemanusiaan itu sendiri. Keabadian melahirkan kebahagiaan yang tak terkira karena dapat berlama-lama dikelilingi oleh pihak terkasih. Keabadian memberikan suspek besar terhadap kemajuan peradaban umat manusia karena terus berperan dan bermakna, surplus produktivitas dalam setiap detik kehidupan.
Apakah keabadian tidak bertolak belakang dengan prinsip seleksi alam ala Darwinisme? Tidak. Kita ketahui bahwa alam juga mengalami keabadian tak terkira. Cabang bayi alam semesta (baby universe) terus dilahirkan sehingga peluang pemekaran kehidupan beserta kompleksitasnya terus berlaju. Seleksi alam tidak lagi menggunakan instrumen kematian untuk menseleksi manula dan orang berpenyakit akan tetapi peran dan kemampuan beradaptasi yang menjadi batu uji dalam menjalani fase kehidupan masa depan. Semakin produktif dan beradaptasi terhadap perubahan kehidupan maka semakin besar peluang untuk menjadi pemenang keabadian.
Posting Komentar untuk "Keabadian"