E-Manajer
Manajer adalah pimpinan yang memberikan pembinaan dan keteladanan bagi anggota organisasi yang dipimpinnya supaya organisasi tersebut mencapai tujuan sesuai visi misi yang ditentukan. Manajer memiliki peran sentral sebagai suksesor organisasi yang harus memiliki 2 (dua) kompetensi secara bersamaan yaitu hard competency berupa kecerdasan dan soft competency berupa kesadaran.
Organisasi masa depan yang ramah digital tidak tertutup kemungkinan mengoptimalkan peran mesin cerdas sebagai manajer elektronik yang mengatur dan memimpin suatu organisasi. Seluruh kebijakan untuk kepentingan terbaik organisasi sepenuhnya menggunakan mesin cerdas layaknya manusia yang memiliki kognitif dan kesadaran. Pertanyaannya, mengapa mesin cerdas dapat menjadi manajer di suatu organisasi? Karena mesin memiliki kecerdasan dan kesadaran.
Kecerdasan sebuah mesin layaknya kecerdasan kognitif manusia. Mesin dapat meniru sistem neuro-korteks yang rumit dan kompleks sehingga mampu mengkomputasi setumpuk persoalan yang disodorkan kepadanya. Mesin cerdas semakin tumbuh cepat melampaui kecerdasan otak manusia dengan ditemukannya chip memory yang mampu menyimpan file dalam bentuk byte dan menciptakan prosesor yang mampu mentransmisikan informasi dalam hitungan detik. Jika sudah demikian, kecerdasan bukan hanya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk berakal (homo rasius) tetapi juga mesin sebagai pusat kecerdasan.
Selain kecerdasan, di masa depan mesin juga memiliki kesadaran. Para ahli neurosains memprediksi mesin di masa depan memiliki susunan saraf sintetis yang memadai sehingga mampu merespon rasa dan emosi. Kesadaran dapat direkayasa dengan berpijak pada kecerdasan buatan dan susunan sensor buatan. Kolaborasi simbion antara kecerdasan dan kesadaran menjadikan mesin sebagai benda mati yang bertransformasi layaknya manusia dewasa yang sarat pengalaman dan pengetahuan.
Jika sebuah mesin sudah mengantongi perangkat kecerdasan dan kesadaran milik manusia, apakah mungkin mesin menjadi pemimpin sebuah organisasi menggantikan manusia? Tentu sangat mungkin. Mesin sebagai pengambil strategi ulung sekaligus penentu kebijakan yang dibutuhkan organisasi. Lalu dimana posisi manusia saat itu?
Mereka yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dan tidak mau berkontestasi dengan kemajuan posisi mereka hanya sebagai penonton pasif dari pertunjukkan mesin ultra cerdas yang melakukan akselerasi eksesif dan progresif. Lalu apa yang harus dipersiapkan oleh manusia masa kini untuk berkontestasi dengan mesin-mesin ultra cerdas agar tidak teralienasi di masa depan? Terus mengasah diri terutama hal-hal yang tidak dapat digantikan mesin cerdas seperti empati, altruis, kreatif dan sentuhan kasih sayang.
Penggunaan mesin cerdas sebagai manajer bukan berarti menafikan peran manusia dalam struktur organisasi secara totalitas (dehumanisasi) akan tetapi mendorong manusia untuk berdampingan dan berdamai dengan mesin cerdas dalam menjalani struktur organisasi sehingga masing-masing kekuatan dapat berkolaborasi menjadi satu kekuatan prima.
Ray Kurzweil mengatakan bahwa singularitas sudah dekat. Masa keunikan teknologi dan kecerdasan buatan yang sudah tiba ditandai dengan akselerasi mesin yang mampu memanajemen sebuah organisasi dengan penuh dedikasi dan profesionalitas menjadikan great disruption (kekacauan besar) dalam tatanan sosial dan dunia kerja yang selama ini berada di zona nyaman dengan posisi dan jabatan yang melekat. Sistem manajemen secara elektronik yang dikendalikan oleh perangkat mesin dan teknologi memberikan dampak luar biasa bagi dunia global yang berkemajuan yaitu dari great disruption menuju era great reconstruction.
Posting Komentar untuk "E-Manajer"